“Kamu Yang
Kucinta”
Lonceng telah berbunyi, pertanda waktu sekolah telah
usai. Shifa dan Chika bergegas meninggalkan kelas, mereka berdua sudah punya
rencana untuk jalan-jalan dulu sebelum pulang. Mereka berdua berjalan menuju
gerbang yang dipadati oleh anak SMA.
“Tiiiiiiinnnn........ minggir wooooeee” terdengar
suara klakson motor. Sifha menoleh
kebelakang untuk melihat keadaan, tapi sudah terlambat. Sebuah motor melaju cepat dibelakangnya dan
akan menabraknya.
“Fha, Sifha? Bangun....” . Mendengar suara itu Sifha
membuka matanya pelan-pelan. “Akhirnya kamu sadar juga” lanjutnya.
Suara itu seperti tak asing untuknya. Ternyata suara
itu adalah suara Bagas, Sifha kaget, dan berusaha bangun dari pangkuan Bagas.
“Apa yang terjadi padaku?” tanyanya.
“Tadi kamu kesrempet motornya Denni, terus Chika
minta bantuanku buat bantuin kamu! Sekarang kamu udah nggakpapa kan?” tanya
Bagas.
“Nggak papa kok, BDW makasih ya kamu udah mau
bantuin aku! J”.
“Santai aja, aku anterin pulang ya?” tawarnya.
“bolehlah”
Setelah berpamitan pada Chika, mereka pulang. Sifha
nggak percaya dengan apa yang dia alami sekarang. Diboncengin sama cowok yang
dia suka, itu mustahil sekali pikir Sifha. Tanpa sadar mereka sudah sampai
didepan rumah Sifha.
“Thanks banget ya Gas, kamu udah mau nganterin aku”.
“Sama-sama, duluan ya”.
Sifha masuk ke rumah, didalam rumah dia selalu
tersenyum. Shifa langsung menuju kamarnya dan tidak terlalu menghiraukan
keberadaan mamanya.
“Langsung mandi
ya, abis itu kita makan malam” kata mamanya. Sifha masuk ke kamarnya, lalu
menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dia membayangkan apa yang baru saja dialaminya,
mimpi yang sangat mustahil untuk menjadi nyata. Rasanya seperti kejatuhan
bintang batinnya, Sifha memutuskan untuk segera mandi.
Di kamar mandi Sifha pun masih senyam-senyum
sendiri. setelah 20 menit dikamar mandi Sifha keluar dan langsung duduk di meja
belajarnya. Dia memandangi foto Bagas yang di dapat dari temannya waktu SMP,
Sifha diam-diam memang suka mengkoleksi foto cowok idolanya itu, kadang sampai
memcuri foto Bagas. Sifha memeluk foto itu, dan melamun sendiri, namun itu
hanya berlangsung sekejap karena suara mama-nya telah membuyarkan lamunannya.
“Sifha?? turun nak waktunya makan” kata mama-nya.
“Iya ma, sebentar, lagi ngeringin rambut” jawab Sifha
Sebelum keluar dari kamarnya dia mencium foto Bagas.
Sifha menutup pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
Disana sudah ada mamanya yang sedang mengambilkan nasi untuk papa, dan abangnya
(Dimas) yang sedang mengambil Orange Juice dari dalam lemari es. Sifha duduk
disebelah kakak semata wayangnya. Lalu papanya bertanya kepada Sifha.
“Fha, setelah kamu lulus nanti kamu mau ambil kuliah
dimana?”
“Rencana mau di Amrik pah, aku pengen banget ke UC (University
of California), oh iya pah, Sifha ikut Lomba Beasiswa yang di adain disekolah,
soalnya kampus yang Sifha mau juga dijadiin salah satu tujuan beasiswa itu”
“Oh ya? kalau begitu berjuang ya nak, kamu pasti
bisa mendapatkan beasiswa itu” dukung papanya.
“Bener tuh kata papa, kamu pasti bisa dapetin
beasiswa itu, tapi kalo beneran dapet jangan lupa sama kakakmu ini ya” lanjut
Dimas.
“Pastinya bang, aku nggak bakal lupa kok sama kamu,
paling cuma nggak inget aja! Hahahaha...” Canda Sifha.
“Terus kapan tesnya?” tanya mama.
“Dijadwalnya si masih 2minggu lagi ma, jadi masih
ada waktu buat persiapan, ehmm Shifa ke kamar dulu ya ma, mau tidur”
“Iya, Selamat tidur”
Sifha mengangguk, setelah mencium pipi mamanya, dia
berlari kekamarnya. Dikamar dia membuka buku pembekalan yang diberikan oleh
wali kelasnya. Namun buku itu pun ditutup kembali.
“Oh iya Bagas kan juga ikut seleksi ini, tapi....
udah ah nggak usah dipikirin” kata Shifa dalam hati. Sifha pun akhrinya
merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, dia ngantuk sekali.
*****
Mentari telah menampakkan diri, Sifha yang baru
selesai mandi mengambil ponselnya dari atas meja belajar. Ternyata ada sms,
tapi nggak tau dari siapa.
“Fha, nanti aku jemput ya, kita berangkat sekolah
bareng, kalau kamu denger suara klakson berarti aku udah datang” itu bunyi
smsnya, dia tak sempat membalas dan memilih mengabaikan sms itu. Sifha bersiap-siap
untuk sarapan, dia menuruni tangga dengan cepat. Dimeja makan sudah ada
orangtuanya yang sedang makan. Saat makan terdengar suara klakson.
“Siapa ya yang datang?, biyar mama lihat dulu” kata
mama.
“Ma....... biyar Sifha aja yang liat!”.
Sifha berjalan menuju pintu depan, sambil mengingat
isi sms itu. Kira-kira siapa ya ? gerutunya. Dia membuka pintu, tubuhnya
tersentak mendapati yang duduk dimotor itu adalah Bagas.
“Loh??? Bagas? Kok kamu ada disini?”.
“kan tadi pagi aku udah sms, udah siap?”.
“Eh, bentar ya aku ambil tas dulu”.
Mereka bergegas untuk berangkat ke sekolah, didalam
hati Sifha penuh dengan rasa tanya, salah satunya adalah “kenapa bagas berubah
banget ya?”.
“Eh Gas kamu ikut seleksi beasiswa juga
ya?”.
“ehm.. iya, kamu juga kan? Rencana mau
ambil kuliah dimana?” tanya Bagas.
“Aku ikut seleksi yang ke California,
kalau kamu?”.
“wah berarti kita beda jalur dong, aku
pengennya ke Tokyo” mendengar jawaban itu Sifha sedikit kecewa, karena akan
berpisah dengan Bagas.
“Gas, aku kekelas duluan ya!”.
Sifha berlari meninggalkan Bagas, menuju ke kelas
XII A 2. Sampai dikelas dia duduk disebelah Chika, dan menceritakan apa yang dia
alami sejak kemarin pada sahabatnya itu. Tapi karena masih harus mengikuti
pelajaran, mereka memutuskan untuk melanjutkannya sepulang sekolah.
“hah? yang bener Fha? Sebaik itu dia sekarang sama
kamu? Padahal dulukan cuek banget!” tanggap Chika.
“Aku sendiri juga bingung, kenapa dia bisa berubah
sedrastis itu ke aku”
“hmm.... mungkin aja dia suka sama kamu Fha, bisa sajakan”.
“Tapi kalo emang iya, kenapa nggak dari dulu,
sekarang bukan waktunya mikirin hal itu, kamu tau kan aku ikut seleksi itu, lagian
bentar lagi juga udah ujian kelulusan, aku harus belajar extra keras”.
“Iya, semua itu terserah kamu, sukses ya buat
seleksi and ujiannya, eh tuh ada yang nunggu di pintu, gila ya sampe segitunya
si Bagas sama kamu” ujar Chika.
“Thaks ya Chik, gwe pulang dulu”.
Sifha dan Bagas pulang bersama seperti kemaren.
*****
Hari demi hari berlalu begitu cepat, semenjak kejadian
itu hubungan Bagas dan Sifha semakin dekat. Tak terasa Seleksi Lomba Beasiswa
itu sudah didepan mata, tinggal 1 hari lagi. Sifha terus belajar dengan giat begitu juga dengan Bagas.
Akhirnya hari yang ditunggunya datang juga, hari ini
adalah hari seleksi beasiswa itu. Tesnya dimulai jam 07.30 – 13.30, Sifha sudah
berada di kelas tempatnya bertanding, begitu juga dengan Bagas, meskipun mereka
tidak satu ruang, tapi mereka saling mendoakan.
Jarum jam terasa berputar lebih cepat dari biasanya,
dan waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal telah usai.
Sifha keluar dari ruangan, dia mencari Bagas tapi
tidak ketemu. Mobil jemputannya sudah datang jadi dia memutuskan untuk pulang
saja dan menemui Bagas besok. Hati Sifha sedikit lega karena telah
menyelesaikan ujian seleksi itu. Tapi tak cukup berhenti sampai disitu
perjuangan Sifha, masih ada Ujian Kelulusan
yang hanya berselang 1 bulan setelah Lomba beasiswa itu. Shifa memutuskan untuk
fokus pada ujiannya dulu, dia takut hubungannya dengan Bagas akan mengganggu
konsentrasinya. Sejak saat itu dia berusaha untuk menjauhi Bagas, dan Bagas
mengerti keadaan Sifha, diapun juga ingin fokus dulu.
*****
Ujian kelulusan kini sudah diambang pintu. Ujian
yang berlangsung selama 4 hari itu seperti perang yang berkepanjangan. Sifha
berjuang dengan keras, dia tak mau hasil usahanya selama ini sia-sia.
Selama 4 hari ini, Shifa bekerja keras mengerjakan
soal-soal itu. Seiring dengan hari yang
berganti, ujianpun itu telah Usai, Sifha dan anak-anak yang lain tinggal
menunggu hasilnya saja.
Sore itu Sifha merasa bosan dan ingin jalan-jalan
ditaman. Dia berjalan sendiri menikmati hembusan angin di taman. Dia tidak
sadar ada seseorang yang berjalan mendekatinya.
“Enak ya suasananya, bagus buat nenangin suasana
hati” ucap orang itu.
“Bagas? Kok kamu ada disini?” tanya Sifha.
“Lagi sumpek dirumah, terus kepikiran taman ini, eh
nggak taunya ada kamu disini”.
Mereka mengobrol cukup lama. Karena hari sudah sore
Bagas pun mengantar Sifha pulang kerumah. Sejak saat itu hubungan mereka
kembali dekat, setiap hari Bagas mengantar jemput Sifha dan mereka sering jalan
bareng.
Pengumuman dari sekolah menyatakan, pengumuman Lomba
Beasiswa akan diumumkan bersamaan dengan pengumuman ujian. Hati Shifa tidak
tenang menunggu hasil dari kedua ujian itu, tapi dengan adanya Bagas disisinya
membuat kecemasan itu berkurang. Mereka memang sangat dekat sekarang, tapi tidak
ada relation yang mengikat mereka.
*****
Hari pengumuman tiba, semua murid dan orang tua wali
dikumpulkan di Aula untuk mendapat pengarahan dan mendengar pengumuman
penerimaan beasiswa.
Kepala sekolah berdiri di mimbar aula, beliau mulai
berbicara pada intinya.
“Saya bangga pada kalian semua, dan saya nyatakan
kalian semua LULUS J!”
Seketika itu juga, ruangan yang tadinya hening,
menjadi riuh oleh teriakan anak-anak yang sangat gembira mendengar kabar itu.
“Pengumuman yang kedua adalah pengumuman seleksi
beasiswa. Untuk kategori 1. Yaitu beasiswa ke University Tokyo atas nama Pramudya
Bagas Saputra, Kategori 2. Beasiswa ke University of California atas nama
Asifha Diyasty Putri. Selamat kepada kedua pemenang.” Mendengar nama mereka
disebut, Sifha dan Bagas merasa sangat bahagia. Teman-teman dan keluarga mereka
tak henti-hentinya memberi selamat. Sifha juga tak lupa memberi selamat pada
Bagas, begitu pula sebaliknya. Untuk merayakan keberhasilan mereka, keluarga
Sifha mengajak Keluarga Bagas untuk makan malam bersama di sebuah restoran
ternama.
Malampun tiba, keluarga Sifha sudah sampai lebih
dulu di restoran itu, Shifa nampak sangat anggun dengan dress-nya. Tak lama,
keluarga Bagas datang, mereka saling berjabat tangan, dan memulai acara makan
malam. Ditengah-tengah acara, Bagas mengajak Sifha jalan-jalan, ada sesuatu
yang ingin dikatakannya pada Sifha.
“Fha, sebentar lagi kita akan berpisah. Kamu jangan
lupain aku ya?” pintanya.
“Iya Gas, aku nggak akan lupain kamu, ehm... aku mau
ngomong sesuatu, boleh?”.
“Boleh kok, aku juga sebenarnya mau ngomong sesuatu,
kamu dulu aja yang ngomong”.
“Ehm okkeyy... sebenarnya aku sayang sama kamu Gas,
dari dulu kecil sampe sekarang, aku nggak nyangka kalau akhirnya aku bisa deket
sama kamu”.
“Itu juga yang mau aku omongin ke kamu, belakangan
ini aku sering ngrasa ada yang beda sama kamu, dan perlahan aku menyayangimu,
tapi untuk saat ini aku ingin fokus sama kuliahku, kalo kamu sayang sama aku,
apa kamu mau nunggu sampe kita selesai kuliah? aku janji setelah wisuda nanti
akan langsung kembali ke-Indonesia untuk kamu”.
“Aku percaya sama kamu, aku akan nunggu kamu sampai
kapanpun, tapi selama itu kita nggak boleh lostcontact ya!”.
“Okey, aku janji, sekarang kita kembali kesana yuk”.
Mereka berdua kembali ke ruangan, karena acara sudah
selesai merekapun bergegas pulang.
*****
Hari keberangkatan mereka tiba, hanya berselang 30
menit pesawat yang mereka tumpangi takeoff. Sebelum pergi mereka berdua saling berpamitan
dan saling mengucap janji yang mereka buat malam itu.