Selasa, 07 Februari 2012

“Kamu Yang Kucinta”

“Kamu Yang  Kucinta”
Lonceng telah berbunyi, pertanda waktu sekolah telah usai. Shifa dan Chika bergegas meninggalkan kelas, mereka berdua sudah punya rencana untuk jalan-jalan dulu sebelum pulang. Mereka berdua berjalan menuju gerbang yang dipadati oleh anak SMA.
“Tiiiiiiinnnn........ minggir wooooeee” terdengar suara klakson motor. Sifha  menoleh kebelakang untuk melihat keadaan, tapi sudah terlambat.  Sebuah motor melaju cepat dibelakangnya dan akan menabraknya.
“Fha, Sifha? Bangun....” . Mendengar suara itu Sifha membuka matanya pelan-pelan. “Akhirnya kamu sadar juga”  lanjutnya.
Suara itu seperti tak asing untuknya. Ternyata suara itu adalah suara Bagas, Sifha kaget, dan berusaha bangun dari pangkuan Bagas.
“Apa yang terjadi padaku?” tanyanya.
“Tadi kamu kesrempet motornya Denni, terus Chika minta bantuanku buat bantuin kamu! Sekarang kamu udah nggakpapa kan?” tanya Bagas.
“Nggak papa kok, BDW makasih ya kamu udah mau bantuin aku! J”.
“Santai aja, aku anterin pulang ya?” tawarnya.
“bolehlah”
Setelah berpamitan pada Chika, mereka pulang. Sifha nggak percaya dengan apa yang dia alami sekarang. Diboncengin sama cowok yang dia suka, itu mustahil sekali pikir Sifha. Tanpa sadar mereka sudah sampai didepan rumah Sifha.
“Thanks banget ya Gas, kamu udah mau nganterin aku”.
“Sama-sama, duluan ya”.
Sifha masuk ke rumah, didalam rumah dia selalu tersenyum. Shifa langsung menuju kamarnya dan tidak terlalu menghiraukan keberadaan mamanya.
 “Langsung mandi ya, abis itu kita makan malam” kata mamanya. Sifha masuk ke kamarnya, lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dia membayangkan apa yang baru saja dialaminya, mimpi yang sangat mustahil untuk menjadi nyata. Rasanya seperti kejatuhan bintang batinnya, Sifha memutuskan untuk segera mandi.
Di kamar mandi Sifha pun masih senyam-senyum sendiri. setelah 20 menit dikamar mandi Sifha keluar dan langsung duduk di meja belajarnya. Dia memandangi foto Bagas yang di dapat dari temannya waktu SMP, Sifha diam-diam memang suka mengkoleksi foto cowok idolanya itu, kadang sampai memcuri foto Bagas. Sifha memeluk foto itu, dan melamun sendiri, namun itu hanya berlangsung sekejap karena suara mama-nya telah membuyarkan lamunannya.
“Sifha?? turun nak waktunya makan” kata mama-nya.
“Iya ma, sebentar, lagi ngeringin rambut” jawab Sifha
Sebelum keluar dari kamarnya dia mencium foto Bagas. Sifha menutup pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Disana sudah ada mamanya yang sedang mengambilkan nasi untuk papa, dan abangnya (Dimas) yang sedang mengambil Orange Juice dari dalam lemari es. Sifha duduk disebelah kakak semata wayangnya. Lalu papanya bertanya kepada Sifha.
“Fha, setelah kamu lulus nanti kamu mau ambil kuliah dimana?”
“Rencana mau di Amrik pah, aku pengen banget ke UC (University of California), oh iya pah, Sifha ikut Lomba Beasiswa yang di adain disekolah, soalnya kampus yang Sifha mau juga dijadiin salah satu tujuan beasiswa itu”
“Oh ya? kalau begitu berjuang ya nak, kamu pasti bisa mendapatkan beasiswa itu” dukung papanya.
“Bener tuh kata papa, kamu pasti bisa dapetin beasiswa itu, tapi kalo beneran dapet jangan lupa sama kakakmu ini ya” lanjut Dimas.
“Pastinya bang, aku nggak bakal lupa kok sama kamu, paling cuma nggak inget aja! Hahahaha...” Canda Sifha.
“Terus kapan tesnya?” tanya mama.
“Dijadwalnya si masih 2minggu lagi ma, jadi masih ada waktu buat persiapan, ehmm Shifa ke kamar dulu ya ma, mau tidur”
“Iya, Selamat tidur”
Sifha mengangguk, setelah mencium pipi mamanya, dia berlari kekamarnya. Dikamar dia membuka buku pembekalan yang diberikan oleh wali kelasnya. Namun buku itu pun ditutup kembali.
“Oh iya Bagas kan juga ikut seleksi ini, tapi.... udah ah nggak usah dipikirin” kata Shifa dalam hati. Sifha pun akhrinya merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, dia ngantuk sekali.
*****
Mentari telah menampakkan diri, Sifha yang baru selesai mandi mengambil ponselnya dari atas meja belajar. Ternyata ada sms, tapi nggak tau dari siapa.
“Fha, nanti aku jemput ya, kita berangkat sekolah bareng, kalau kamu denger suara klakson berarti aku udah datang” itu bunyi smsnya, dia tak sempat membalas dan memilih mengabaikan sms itu. Sifha bersiap-siap untuk sarapan, dia menuruni tangga dengan cepat. Dimeja makan sudah ada orangtuanya yang sedang makan. Saat makan terdengar suara klakson.
“Siapa ya yang datang?, biyar mama lihat dulu” kata mama.
“Ma....... biyar Sifha aja yang liat!”.
Sifha berjalan menuju pintu depan, sambil mengingat isi sms itu. Kira-kira siapa ya ? gerutunya. Dia membuka pintu, tubuhnya tersentak mendapati yang duduk dimotor itu adalah Bagas.
“Loh??? Bagas? Kok kamu ada disini?”.
“kan tadi pagi aku udah sms, udah siap?”.
“Eh, bentar ya aku ambil tas dulu”.
Mereka bergegas untuk berangkat ke sekolah, didalam hati Sifha penuh dengan rasa tanya, salah satunya adalah “kenapa bagas berubah banget ya?”.
“Eh Gas kamu ikut seleksi beasiswa juga ya?”.
“ehm.. iya, kamu juga kan? Rencana mau ambil kuliah dimana?” tanya Bagas.
“Aku ikut seleksi yang ke California, kalau kamu?”.
“wah berarti kita beda jalur dong, aku pengennya ke Tokyo” mendengar jawaban itu Sifha sedikit kecewa, karena akan berpisah dengan Bagas.
“Gas, aku kekelas duluan ya!”.
Sifha berlari meninggalkan Bagas, menuju ke kelas XII A 2. Sampai dikelas dia duduk disebelah Chika, dan menceritakan apa yang dia alami sejak kemarin pada sahabatnya itu. Tapi karena masih harus mengikuti pelajaran, mereka memutuskan untuk melanjutkannya sepulang sekolah.
“hah? yang bener Fha? Sebaik itu dia sekarang sama kamu? Padahal dulukan cuek banget!” tanggap Chika.
“Aku sendiri juga bingung, kenapa dia bisa berubah sedrastis itu ke aku”
“hmm.... mungkin aja dia suka sama kamu Fha, bisa sajakan”.
“Tapi kalo emang iya, kenapa nggak dari dulu, sekarang bukan waktunya mikirin hal itu, kamu tau kan aku ikut seleksi itu, lagian bentar lagi juga udah ujian kelulusan, aku harus belajar extra keras”.
“Iya, semua itu terserah kamu, sukses ya buat seleksi and ujiannya, eh tuh ada yang nunggu di pintu, gila ya sampe segitunya si Bagas sama kamu” ujar Chika.
“Thaks ya Chik, gwe pulang dulu”.
Sifha dan Bagas pulang bersama seperti kemaren.
*****
Hari demi hari berlalu begitu cepat, semenjak kejadian itu hubungan Bagas dan Sifha semakin dekat. Tak terasa Seleksi Lomba Beasiswa itu sudah didepan mata, tinggal 1 hari lagi. Sifha terus belajar  dengan giat begitu juga dengan Bagas.
Akhirnya hari yang ditunggunya datang juga, hari ini adalah hari seleksi beasiswa itu. Tesnya dimulai jam 07.30 – 13.30, Sifha sudah berada di kelas tempatnya bertanding, begitu juga dengan Bagas, meskipun mereka tidak satu ruang, tapi mereka saling mendoakan.
Jarum jam terasa berputar lebih cepat dari biasanya, dan waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal telah usai.
Sifha keluar dari ruangan, dia mencari Bagas tapi tidak ketemu. Mobil jemputannya sudah datang jadi dia memutuskan untuk pulang saja dan menemui Bagas besok. Hati Sifha sedikit lega karena telah menyelesaikan ujian seleksi itu. Tapi tak cukup berhenti sampai disitu perjuangan Sifha,  masih ada Ujian Kelulusan yang hanya berselang 1 bulan setelah Lomba beasiswa itu. Shifa memutuskan untuk fokus pada ujiannya dulu, dia takut hubungannya dengan Bagas akan mengganggu konsentrasinya. Sejak saat itu dia berusaha untuk menjauhi Bagas, dan Bagas mengerti keadaan Sifha, diapun juga ingin fokus dulu.
*****
Ujian kelulusan kini sudah diambang pintu. Ujian yang berlangsung selama 4 hari itu seperti perang yang berkepanjangan. Sifha berjuang dengan keras, dia tak mau hasil usahanya selama ini sia-sia.
Selama 4 hari ini, Shifa bekerja keras mengerjakan soal-soal  itu. Seiring dengan hari yang berganti, ujianpun itu telah Usai, Sifha dan anak-anak yang lain tinggal menunggu hasilnya saja.
Sore itu Sifha merasa bosan dan ingin jalan-jalan ditaman. Dia berjalan sendiri menikmati hembusan angin di taman. Dia tidak sadar ada seseorang yang berjalan mendekatinya.
“Enak ya suasananya, bagus buat nenangin suasana hati” ucap orang itu.
“Bagas? Kok kamu ada disini?” tanya Sifha.
“Lagi sumpek dirumah, terus kepikiran taman ini, eh nggak taunya ada kamu disini”.
Mereka mengobrol cukup lama. Karena hari sudah sore Bagas pun mengantar Sifha pulang kerumah. Sejak saat itu hubungan mereka kembali dekat, setiap hari Bagas mengantar jemput Sifha dan mereka sering jalan bareng.
Pengumuman dari sekolah menyatakan, pengumuman Lomba Beasiswa akan diumumkan bersamaan dengan pengumuman ujian. Hati Shifa tidak tenang menunggu hasil dari kedua ujian itu, tapi dengan adanya Bagas disisinya membuat kecemasan itu berkurang. Mereka memang sangat dekat sekarang, tapi tidak ada relation yang mengikat mereka.
*****
Hari pengumuman tiba, semua murid dan orang tua wali dikumpulkan di Aula untuk mendapat pengarahan dan mendengar pengumuman penerimaan beasiswa.
Kepala sekolah berdiri di mimbar aula, beliau mulai berbicara pada intinya.
“Saya bangga pada kalian semua, dan saya nyatakan kalian semua LULUS J!”
Seketika itu juga, ruangan yang tadinya hening, menjadi riuh oleh teriakan anak-anak yang sangat gembira mendengar kabar itu.
“Pengumuman yang kedua adalah pengumuman seleksi beasiswa. Untuk kategori 1. Yaitu beasiswa ke University Tokyo atas nama Pramudya Bagas Saputra, Kategori 2. Beasiswa ke University of California atas nama Asifha Diyasty Putri. Selamat kepada kedua pemenang.” Mendengar nama mereka disebut, Sifha dan Bagas merasa sangat bahagia. Teman-teman dan keluarga mereka tak henti-hentinya memberi selamat. Sifha juga tak lupa memberi selamat pada Bagas, begitu pula sebaliknya. Untuk merayakan keberhasilan mereka, keluarga Sifha mengajak Keluarga Bagas untuk makan malam bersama di sebuah restoran ternama.
Malampun tiba, keluarga Sifha sudah sampai lebih dulu di restoran itu, Shifa nampak sangat anggun dengan dress-nya. Tak lama, keluarga Bagas datang, mereka saling berjabat tangan, dan memulai acara makan malam. Ditengah-tengah acara, Bagas mengajak Sifha jalan-jalan, ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada Sifha.
“Fha, sebentar lagi kita akan berpisah. Kamu jangan lupain aku ya?” pintanya.
“Iya Gas, aku nggak akan lupain kamu, ehm... aku mau ngomong sesuatu, boleh?”.
“Boleh kok, aku juga sebenarnya mau ngomong sesuatu, kamu dulu aja yang ngomong”.
“Ehm okkeyy... sebenarnya aku sayang sama kamu Gas, dari dulu kecil sampe sekarang, aku nggak nyangka kalau akhirnya aku bisa deket sama kamu”.
“Itu juga yang mau aku omongin ke kamu, belakangan ini aku sering ngrasa ada yang beda sama kamu, dan perlahan aku menyayangimu, tapi untuk saat ini aku ingin fokus sama kuliahku, kalo kamu sayang sama aku, apa kamu mau nunggu sampe kita selesai kuliah? aku janji setelah wisuda nanti akan langsung kembali ke-Indonesia untuk kamu”.
“Aku percaya sama kamu, aku akan nunggu kamu sampai kapanpun, tapi selama itu kita nggak boleh lostcontact ya!”.
“Okey, aku janji, sekarang kita kembali kesana yuk”.
Mereka berdua kembali ke ruangan, karena acara sudah selesai merekapun bergegas pulang.
*****
Hari keberangkatan mereka tiba, hanya berselang 30 menit pesawat yang mereka tumpangi takeoff. Sebelum pergi mereka berdua saling berpamitan dan saling mengucap janji yang mereka buat malam itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fha-Fha's Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates